Warga Cirebon malu pakai bahasa ibu

Kamis, 06 Maret 2014 - 17:39 WIB
Warga Cirebon malu pakai bahasa ibu
Warga Cirebon malu pakai bahasa ibu
A A A
Sindonews.com - Mulai hilangnya bahasa ibu di Cirebon, menimbulkan rasa prihatin. Banyak warga yang memilih menggunakan bahasa nasional kepada sesama warga Cirebon, ketimbang bahasa ibu, kendati berada di Kota Cirebon.

Wakil Ketua Lembaga Basa dan Sastra Cirebon Supali Kasim menyatakan, warga Cirebon belakangan lebih memilih menggunakan bahasa nasional dibanding bahasa daerahnya.

Hal itu berlaku di hampir semua tempat, mulai sekolah, perkantoran, hingga lokasi-lokasi keramaian lain seperti pasar. "Orang Kota Cirebon sendiri saja sekarang ini sudah jarang menggunakan bahasa ibunya," ujar Supali Kasim, kepada wartawan, Kamis (6/3/2014).

Eksistensi bahasa daerah di Kota Cirebon, tak lebih baik dari wilayah lainnya, yakni di Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Menurut dia, jumlah pengguna bahasa daerah di dua wilayah tersebut lebih banyak dibanding di Kota Cirebon.

Diakui dia, kondisi itu tak lepas dari budaya kawasan perkotaan yang dinamis, hingga berdampak pada pergeseran budaya. Untuk ini, dibutuhkan beragam upaya untuk mempertahankan eksistensi bahasa daerah, di antaranya melalui kegiatan-kegiatan kebahasaan, seperti yang digelar Balai Bahasa Jabar, melalui kegiatan bengkel sastra.

Kegiatan itu berupa pelatihan menulis puisi bahasa Cirebon kepada puluhan guru SMP/MTs se-Kabupaten Cirebon. Pelatihan itu menghadirkan sejumlah pembicara dan praktisi, di antaranya penyair Ahmad Syubbanuddin Alwy, Supali Kasim, dosen teater STSI Bandung Yuli Adam Panji Purnama, dan Kepala Balai Bahasa Jabar Abdul Khak.

Pelatihan menulis puisi bahasa Cirebon itu dipandang sebagai sarana untuk mengembangkan bahasa Cirebon melalui sastra. Hal itu berarti pula sebagai upaya melestarikan bahasa melalui diksi-diksi dalam puisi.

"Bahasa puisi memungkinkan menggali kembali kosakata bahasa Cirebon yang sudah punah," tambah dia.

Terpisah, Kepala Balai Bahasa Jabar Abdul Khak menyatakan, berkurangnya pengguna bahasa daerah tak hanya terjadi pada bahasa Cirebon. Hal itu berlaku pula di daerah lain di dunia.

"Dari 6.000 bahasa daerah yang ada di dunia, dalam waktu 100 tahun ke depan diprediksi hanya tinggal separuhnya. Bahkan kurang dari 100 tahun," tutur dia.

Menurut dia, percepatan kepunahan tergantung kepedulian pengguna dan upaya pelestariannya. Hal ini yang kemudian membuat Balai Bahasa Jabar menerbitkan dua majalah berbahasa daerah, masing-masing Sunda bernama Parahyangandan Cirebon bernama Pesisir, Mei mendatang.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6813 seconds (0.1#10.140)